Senin, 26 Agustus 2019

MEMBINA HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT DALAM MELAKSANAKAN DISPLIN SEKOLAH

MANAJEMEN KELAS DI SD
Tentang 
MEMBINA HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT DALAM MELAKSANAKAN DISPLIN SEKOLAH   






Disusun Oleh :
Lina Delviza
(1620228)
Prodi : 
PGSD


DOSEN PEMBIMBING :
YESSI RIFMASARI, M.Pd



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP ADZKIA 
PADANG 
2019






MEMBINA HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT DALAM MELAKSANAKAN DISPLIN SEKOLAH  



A. Pengertian Displin Sekolah Dan Masyarakat 
1. Disiplin di Sekolah
    Yaitu kedisiplinan siswa yang dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah. Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri siswa. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apapun usaha yang dilakukan oleh orang di sekitarnya hanya akan sia-sia. Kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dan konsisten. 
    Aturan disiplin diterapkan tanpa pandang bulu dan berlaku bagi masyarakat sekolah. Ketidakadilan dalam menegakkan disiplin hanya akan membuat ketidakjelasan dan kebingungan bagi siswa serta hilangnya kewibawaan dan kepercayaan semua pihak terhadap sekolah., Ketika kedisiplinan mulai menampakkan pertumbuhannya, sama seperti biji tanaman yang baru tumbuh, benih itu mesti dijaga dan dirawat dengan penuh kesabaran. Sebaiknya hindari menggunakan ancaman-ancaman dan kekerasan karena hal itu hanya akan menjadi panasnya terik matahari yang akan menghanguskan benih yang sedang tumbuh itu. Perlu dipakai cara-cara yang selaras dengan perkembangan dan kebutuhan siswa sehingga mereka semakin jatuh cinta pada kegiatan belajar. Dengan cara ini, kedisiplinan akan disadari oleh semua pihak di sekolah. Dari situlah setiap individu di dalam lembaga pendidikan itu belajar hidup bersama dan belajar mengasah kepekaan moral mereka.

2. Disiplin di masyarakat
    Disiplin dimasyarakat yaitu mematuhi dan menjalankan segala tata tertib yang berlaku ditengah-tengah masyarakat guna membangun kehidupan bermasyarakat yang tertib, harmonis, serta meningkatkan kualitas masyarakat tersebut dari segala sudut pandang.

B. Membina hubungan sekolah dan masyarakat
    Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Berikut adalah jenis-jenis hubungan sekolah dan masyarakat :

1. Hubungan edukatif, merupakan hubungan kerjasama dalam hal mendidik, yaitu antara guru dan orang tua di dalam keluarga. Hubungan ini di maksutkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip dan pertentangan yang dapat menggakibatkan keragu-raguan pada diri anak atau murid. Cara kerjasama tersebut dapat direalisaskan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru di sekolah dengan orang tua murid.

2. Hubungan kultural, ialah usaha kerjasama antara sekolah dengan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Untuk itu diperlukan adanya hubungan kerjasama yang fungsional antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan kuikulum sekolah disesusikan dengan kebutuhan dan tuntunan perkembangan masyarakat.

3.  Hubungan institusional, yakni hubungan kerjasama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain. Dengan adanya hubungan ini, sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga lain, baik berupa tenaga pengajar, pemberi ceramah, dan pengembangan materi kurikulum, maupu bantuan yang berupa fasilitas.

C. Contoh hubungan sekolah dengan masyarakat

1. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Terkait Kedisiplinan

hubungan antara sekolah dan orang tua tersebut maka manfaat yang diharakan diperoleh adalah:
a. Orang tua siswa mengetahui tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sekolah,
b. Sekolah mengetahui semua kegiatan orang tua dan para siswa di rumah,
c.  Orang tua siswa mau memberi perhatian yang sangat besar dalam menunjang kegiatan-kegiatan sekolah.

2.  Hubungan sekolah dengan Instansi terkait

Sekolah perlu membina hubungan baik secara timbal balik dengan instansi terkait, instansi terkait itu seperti Lurah/ Kepala Desa, Puskesmas, Camat, Polsek, Koramil, LKMD, dan Posyandu. Hubungan yang dijalin dan upaya yang perlu dilaksanakan oleh sekolah, antara lain sebagai berikut:
a.  Menginformasikan program sekolah
b. Ikut serta dalam kegiatan yang diadakan pemerintah, sepanjang tidak mengganggu proses belajar mengajar,
c. Pada saat yang diperlukan, Kepala Sekolah atau guru yang ditunjuk mengadakan kunjungan ke Instansi Pemerintah sebagai salah satu cara pendekatan dari pihak sekolah,
d. Sekali-kali dapat mengundang Pejabat Pemerintah d luar Depdikbud sebagai pembina dalam upacara bendera.





DAFTAR PUSTAKA
Asep Suryana .(2005). Makalah TECHNOLOGIES FOR RESTRUCTURED
CLASSROOMS, disampaikan dalam lokakarya .Universitas Negeri Yogya.
Asep suryana. 2006. Bahan belajar mandiri Manajemen kelas. Universitas Pendidikan Indonesia

MENCIPTAKAN SUASANA KELAS YANG EFEKTIF

MANAJEMEN KELAS DI SD
Tentang 
MENCIPTAKAN SUASANA KELAS YANG EFEKTIF




Disusun Oleh :
Lina Delviza
(1620228)
Prodi : 
PGSD



DOSEN PEMBIMBING :
YESSI RIFMASARI, M.Pd



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP ADZKIA 
PADANG 
2019





RINGKASAN MATERI KELOMPOK 10
MENCIPTAKAN SUASANA KELAS YANG EFEKTIF


A. MENCIPTAKAN SUASANA PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN BAGI SISWA


a.      Kondisi Belajar yang  Efektif
   Guru sebagai pembimbing diharapkan  mampu menciptakan kondisi yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang lain.
       Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap. 
  Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:

 1.        Melibatkan Siswa secara Aktif

Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain :
a.  Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen.
b.  Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab.
c. Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan pengarahan guru.
d.   Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.
e.    Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya tulis.

Aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan siswa
Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar.Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.



 2.Menarik Minat dan Perhatian Siswa
    Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar.Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati.

 3. Membangkitkan Motivasi Siswa
   Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar. Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :
a)  Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya;
b)  Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta didalam mencapai tujuan tersebut.
c)  Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
d) Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dengan usahanya sendiri;
e) Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.
f)    Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin

 4.  Memberikan pelayanan individu Siswa
   Perlunya keterampilan guru di dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan individu siswa.
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat atau melalui lembaga-lembaga pendidikan yang memang khusus memberikan pelayanan yang bersifat individual.

 5. Menyiapkan dan Menggunakan berbagai Media dalam Pembelejaran.
    Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pembelajaran yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung yang yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu menyukseskan proses pembelajaran di kelas.
Di dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diasjikan.
Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.


B. MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN 

1.   Ciptakan iklim yang nyaman buat anak didik Anda
     Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggungan siswa, baik sesama guru maupun antar siswa sendiri. Hal ini juga bisa mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, sehingga komunikasi antara pendidik dan anak didik dapat terbangun. Sebagai pengajar, Anda dapat menjelaskan kepada siswa bahwa tidak akan ada siswa lain yang akan mengejek ketika ia bertanya. Beri motivasi kepada siswa bahwa dengan bertanya, akan memudahkannya untuk lebih mengetahui tentang sesuatu hal daripada hanya diam mendengarkan.

2. Dengarkan dengan serius setiap komentar atau pertanyaan yang diajukan oleh siswa Anda. Jika siswa Anda mengajukan pertanyaan, sebisa mungkin fokus dan memperhatikannya. Meski sederhana, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri siswa karena ia merasa diperhatikan. Seringkali siswa merasa kurang percaya diri sehingga enggan untuk memberikan kontribusi di dalam kelas. Nah, tugas Anda sebagai pengajar, membangun kepercayaan diri siswa dengan menunjukkan perhatian-perhatian saat siswa merasa sedang ingin didengarkan.

3. Jangan ragu memberikan pujian kepada siswa
            Anda juga bisa mencoba dengan memuji setiap komentar yang diajukan oleh anak didik Anda. Misalnya, "Oh, itu ide yang sangat bagus" ,atau "Pertanyaan kamu bagus, itu tidak pernah saya pikirkan sebelumnya”.

4. Beri pertanyaan yang mudah dijawab
            Jika hal di atas belum juga berhasil untuk mengajak siswa memberikan komentar atau pertanyaan, giliran Anda untuk mengajukan pertanyaan memancing yang bisa membuat anak didik Anda tidak lagi bungkam di dalam kelas. Pastikan pertanyaan Anda mampu dijawab oleh siswa, sehingga saat menjawab secara tidak langsung melatih siswa untuk berbicara. Saat siswa sudah mulai merespon, beri senyum kepada siswa yang sudah berkomentar. Hal ini akan mengurangi rasa canggung yang biasa ia perlihatkan.

5.  Biarkan siswa mengetahui pelajaran sebelum kelas dimulai
            Minta agar para siswa mempelajari bahan yang nantinya akan Anda tanyakan. Sehingga, ia akan mempersiapkannya terlebih dulu.  Jika saat anda bertanya dan para siswa tidak merespon, ubah format pertanyaan anda yang hanya membutuhkan jawaban "ya" atau "tidak".

6.      Controlling
            Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang Anda miiliki. Gunanya adalah untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang biasanya berpartisipasi dalam kelas. Jika Anda menemukan beberapa siswa yang tingkat partisipasinya dalam kelas sangat kurang, maka ajak ia berkomunikasi secaraa pribadi. Mungkin dengan begitu ia akan merasa percaya diri. Selain itu, jika yang Anda temukan hanyalah permasalahan kurang percaya yang menjadikannya diam selama kelas berlangsung, maka tugas Anda selanjutnya adalah memberi ia tugas yang bisa membantunya untuk berkomunikasi. Misalnya, tugas berpidato dalam kelas.
            Selain itu, keakraban antara guru dan siswa sangat menentukan keberhasilan belajar bagi siswa. Jika hal ini terjalin suasana belajar akan lebih santai dan siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran. Siswa tidak akan merasa sungkan bertanya jika mereka tidak mengerti karena salah satu jalan membuat siswa cepat mengerti adalah dengan cara bertanya. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik yang lain. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro.
            Seluruh sekolah yang bertaraf nasional dan internasional, jumlah siswa dibatasi dalam setiap kelas maksimal 32 siswa.
             Hal ini ditetapkan agar guru bisa lebih mudah memberikan pelajaran dengan baik dan siswa juga akan mudah menangkap yang nantinya akan mendapatkan hasil yang baik pula.
Selain itu juga bagian sarana dan prasarana disekolah akan lebih mudah menyediakan alat praktikum sesuai dengan jumlah siswa seperti komputer, alat praktik IPA, peralatan olahraga, labor bahasa dan lain-lain. Dan juga guru menyampaikan materi pembelajaran dikelas dengan menggunakan alat multimedia. Bagi guru yang kreatif mereka membuat animasi karikatur dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh. Bagian kurikulum juga harus memikirkan bagaimana agar siswa  juga dapat menerima pembelajaran dengan baik dengan cara menyusun jadwal pelajaran dengan rapi. Dalam satu hari siswa jangan diberikan pelajaran yang berumus, harus diselingi dengan mata pelajaran yang lainnya.

TAHAP PENANGGULANGAN DISIPLIN KELAS



MANAJEMEN KELAS DI SD
Tentang
TAHAP PENANGGULANGAN DISIPLIN KELAS




OLEH :
Lina Delviza
1620228



DOSEN PENGAMPU : YESSI RIFMASARI M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ADZKIA PADANG
2019/2020



PENANGGULANGAN DISIPLIN KELAS

Pengelolaan kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan dan atau tindakan yang bersifat korektif.

Tindakan yang bersifat bersifat pencegahan (prefentif) yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan yang bersifat korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Tindakan yang bersifat korektif terbagi dua, yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan penyembuhan (kuratif) terhadap tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.

A.    Tindakan Preventif (Usaha Yang Bersifat Pencegahan)

Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun langkah-langkah pencegahannya (Maman Rahman : 1998) sebagai berikut :

1. Peningkatan Kesadaran Diri Sebagai Guru

Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari pesefrta didik.

2. Peningkatan Kesadaran Peserta Didik

Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu melaksanakan hal-hal tersebut : (1) memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan keterbukaan antara guru dan peserta didik.

3. Sikap Polos Dan Tulus Dari Guru

Guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan gurumerupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh peserta didik. Kalau stimuli itu positif maka respon atau reaksi yang akan muncul adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan para siswa,akrab dengan guru akan membukakemungkinan terjadi interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.

4. Mengenal Dan Mngenal Alternatif Pengelolaan

Untuk mengenal dan menemukan arternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru :

a. Melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik baik individual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya.

b. Mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situuasi atau menggantinya guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai manajemen kelas.

5. Menciptakan Kontrak Sosial

Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas bserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun kelompok dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tinkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik norma atau nilai yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka mengelola kelas norma berupa kontrak sosial (tata tertib) dengan sangsinya yang mengatur kehidupan didalam kelas, perumusannya harus dibicarakan atau disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah laku berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menolaknya. Konsekuensinya terhadap kondisi demikian memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas katrena pesertan didik tidak merasa turut membuat serta memiliki peraturan sekolah yang sudah ada tersebut.

B.     Tindakan Kuratif (Usaha Yang Bersifat Penyembuhan)

Kegiatan yang bersifat penyembuhan mengikuti langkah sebagai berikut

1. Mengidentifikasi masalah

Pada langkah ini, guru mengenal atau mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.

2. Menganalisis masalah

Pada alngkah ini, guru menganalisi penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.

3. Menilai alternatif-alternatif pemecahan

Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi masalah.

4. Mendapatkan balikan

Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan maksud menilai keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yng sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanankan dengan diadakan pertemuan dengan para peserta didik. Maksud pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan penuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah.







DAFTAR RUJUKAN

Suhardan.2009.Manajemen Pendidikan,Bandung: Alfabeta.
Djamarah dan Zain. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT     Renika Cipta.
Sholihah.2008.Strategi Pembelajaran Yang Efektif. Jakarta: Citra Grafika Desain.  

SUMBER PELANGGARAN dan PERATURAN DISIPLIN KELAS


MANAJEMEN KELAS DI SD
Tentang
SUMBER PELANGGARAN dan PERATURAN DISIPLIN KELAS


OLEH :
Lina Delviza
1620228


DOSEN PENGAMPU : YESSI RIFMASARI M.Pd




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ADZKIA PADANG
2019/2020





A.    Sumber Pelanggaran Disiplin Kelas
Dari sekolah, contohnya:
1.      Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.
2.      Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran daripada siswanya.
3.      Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh.
4.      Sekolah/guru kurang melibatkan dan mengikut sertakan siswa dalam keikutsertaannya dalam bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah sesuai dengan kemampuannya.
5.      Sekolah/guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan siswa dalam keluarga ke dalam subsistem kehidupan sekolah.
6.      Sekolah kurang mengadakan kerja sama dengan orang tua dan antara keduanya juga saling melepaskan tanggung jawab.

Dari keluarga, contohnya:
1.      Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian,ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.
2.      Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.

B.     Peraturan dan Tata Tertib Kelas

          Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipenuhi oleh siswa. Misal : siswa harus mendengarkan dengan baik apa yang sedang dikatakan atau diperintahkan oleh guru; menulis jawaban pertanyaan guru jika guru telah memerintahkannya; memberi jawaban jika guru telah menunjuknya.
Tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktivitas khusus. Misal : penggunaan pakaian seragam; mengikuti upacara bendera; peminjaman buku perpustakaan (Suharsimi Arikunto, 1993:122-123).

     Peraturan dan tata tertib kelas untuk sekolah dasar seperti yang tercantum dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:79-81) antara lain harus memuat hal-hal berikut ini.

1.      Masuk sekolah

a.       Siswa harus datang ke sekolah selambat-lambatnya 10 menit sebelum pelajaran dimulai.
b.      Menaruh tas dan alat tulis lainnya di laci meja masing-masing kemudian keluar kelas
c.        Siswa yang mendapat tugas jaga/piket harus hadir lebih awal.
d.      Siswa yang sering terlambat harus diberi teguran.
e.       Siswa yang tidak masuk karena alasan tertentu harus memberi tahu sebelum atau   sesudahnya secara lisan atau tulisan.
f.       Guru tidak boleh terlambat atau absen tanpa ijin.

2.      Masuk kelas
a.       Siswa segera berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi.
b.      Ketua kelas menyiapkan barisan
c.       Siswa masuk kelas satu persatu dengan tertib dan duduk di tempatnya masing-masing
d.       Guru memeriksa kerapian, kebersihan, dan kesehatan siswa satu persatu; kebersihan kuku, kerapian rambut, kerapian dan kebersihan baju dan sebagainya.

3.      Di dalam kelas
a.       Berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang siswa.
b.       Memberi salam kepada guru dan pelajaran dimulai.
c.       Guru menuliskan siswa yang tidak masuk di papan absen serta alasan/keterangan mengapa tidak masuk.
d.       Pada saat pelajaran berlangsung siswa harus tetap tertib, tidak boleh ribut, bercanda atau melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran.
e.       Siswa tidak boleh meninggalkan kelas tanpa ijin atau alasan tertentu.
f.       Guru juga tidak diperkenankan meninggalkan kelas ketika pelajaran berlangsung walaupun ada siswa sedang mengerjakan tugas di luar kelas.

4.      Waktu istirahat
a.       Pada saat bel istirahat berbunyi siswa keluar kelas dengan tertib
b.       Guru keluar kelas setelah semua siswa keluar.
c.       Siswa tidak boleh berada di kelas ketika istirahat.
d.       Selama istirahat siswa tidak diperkenankan meninggalkan sekolah tanpa ijin.
e.       Pada saat bel masuk lagi berbunyi (setelah istirahat) siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk dengan tenang di tempat masing-masing.
f.       Sebaiknya guru sudah berada di kelas lebih dahulu menjelang bel masuk berbunyi.

5.      Waktu pulang
a.       Ketika bel pulang berbunyi, pelajaran berakhir, ditutup dengan doa dan salam kepada guru.
b.      Guru memberikan nasehat-nasehat, mengingatkan tentang tugas-tugas, pekerjaan rumah dan sebagainya.
c.        Siswa keluar kelas dengan tertib.






DAFTAR RUJUKAN

Asep Suryana, (2005), MakalahTECHNOLOGIES FOR RESTRUCTURED
CLASSROOMS, disampaikan dalam lokakarya .Universitas Negeri Yogya.
Asep suryana. 2006. Bahan belajar mandiri Manajemen kelas. Universitas Pendidikan Indonesia
M. Entang, T raka Joni an Prayitno, (1985),Pengelolaan Kelas, Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

DISIPLIN KELAS

RESUME 10
MANAJEMEN KELAS DI SD
Tentang
DISIPLIN KELAS





OLEH :
Lina Delviza
1620228



DOSEN PENGAMPU : YESSI RIFMASARI M.Pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ADZKIA PADANG
2019/2020





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Disiplin Kelas

Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun (AsyMas’udi, 2000) Sedangkan The Liang Gie (1972) memberikan pengertian disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang.
Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur perilaku anak dalam mencapai tujuan pendidikan, karena ada perilaku yang harus dicegah atau dilarang, dan sebaliknya, harus dilakukan. Pembentukan disiplin pada saat sekarang bukan sekedar menjadikan anak agar patuh dan taat pada aturan dan tata tertib tanpa alasan sehingga mau menerima begitu saja, melainkan sebagai usaha mendisiplinkan diri sendiri (self discipline). Artinya ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena paksaan dari orang lain atau guru melainkan karena kesadaran dari dirinya.
Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah paksaan, bukanlah ketaatan pada otoritas gurunya untuk menuruti aturan. Disiplin adalah suatu sikap batin, bukan kepatuhan otomatis. Siswapun bertanggung jawab untuk menciptakan suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang tidak tegang, ada kebebasan tapi ada pula kerelaan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur dan semestinya serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.

B.  Bentuk-Bentuk Disiplin Kelas

Pelaksanaan disiplin di berbagai organisasi seperti sekolah, berbeda bentuk dan macamnya Piet A Sahertian membagi disipli kepada tiga bentuk seperti dibawah ini :
1)      Disiplin Tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian terdidik.

2)      Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si pendidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

3)      Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.
Adapun prilaku  beberapa macam bentuk-bentuk disiplin belajar di kelas yang hendaknya dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya di sekolah yaitu antara lain 

1)   Disiplin siswa hadir ke sekolah
Yang dimaksud disiplin siswa hadir ke sekolah menurut Slameto (2003:37) adalah “keaktifan, kepatuhan dan ketaatan dalam masuk dan hadir ke sekolah tepat pada waktunya”. Artinya seorang siswa dikatakan disiplin masuk sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak pernah terlambat serta tidak pernah membolos setiap hari. Kebalikan dari tindakan tersebut yaitu yang sering datang terlambat, tidak masuk sekolah, banyak melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah, dan hal ini menunjukkan bahwa siswa yang bersangkutan kurang memiliki disiplin masuk sekolah yang baik.

2)   Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas
Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam belajar, yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah. Tujuan dan pemberian tugas biasanya untuk menunjang pemahaman dan penguasaan mata pelajaran yang disampaikan di sekolah, agar siswa berhasil dalam belajarnya. Agar siswa berhasil dalam belajarnya perlu mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tugas itu mencakup pengerjaan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, ulangan harian, ulangan umum dan ujian.
Jika siswa mempunyai kebiasaan untuk melatih diri mengerjakan soal-soal latihan serta mengerjakan pekerjaan rumah dengan disiplin, maka siswa tersebut tidak akan terlalu kesulitan dalam belajarnya, serta dapat dengan mudah mengerjakan setiap pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.

3)   Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah
Slameto (2003:63) mengatakan bahwa "Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari keteraturan dan ketekunan belajarnya". Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah menuntut adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran, yang terarah pada suatu tujuan belajar.
Keberhasilan siswa dalam studinya dipengaruhi oleh cara belajarnya. Siswa yang memiliki cara belajar yang efektif memungkinkan untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang tidak mempunyai cara belajar yang efektif.

Untuk belajar secara efektip dan efisien diperlukan kesadaran dan disiplin tinggi setiap siswa. Belajar secara efektip dan efisien dapat dilakukan oleh siswa yang berdisiplin. Siswa yang memiliki disiplin dalam belajarnya akan berusaha mengatur dan menggunakan strategi dan cara belajar yang tepat baginya. Jadi langkah pertama yang perlu dimiliki agar dapat belajar secara efektip dan efisien adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa belajar adalah untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada orang lain.

4)   Disiplin siswa dalam menaati tata tertib di sekolah
Disiplin siswa dalam menjalankan tata tertib di sekolah adalah kesesuaian tindakan siswa dengan tata tertib atau peraturan sekolah yang ditunjukkan dalam setiap perilakunya yang selalu taat dan mau melaksanakan tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran.
Didalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata tertib sangat penting untuk diterapkan, karna dalam suatu sekolah tidak memiliki tata tertib maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Antara peraturan dan tata tertib merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas maupun diluar kelas.
Untuk melakukan disiplin terhadap tata tertib dengan baik, maka guru bertanggung jawab menyampaikan dan mengontrol berlakunya peraturan dan tata tertib tersebut. Dalam hal ini staf sekolah atau guru perlu terjalinnya kerja sama sehingga tercipta disiplin kelas dan tata tertip kelas yang baik tampa adanya kerja sama tersebut dalam pembinaan disiplin sekolah maka akan terjadi pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertip sekolah serta terciptanya suasana balajar yang tidak diinginkan.
Dengan demikian untuk terciptanya disiplin yang harmonis dan terciptanya disiplin dari siswa dalam rangka pelaksanaan peraturan dan tata tertib dengan baik, maka di dalam suatu lambaga atau lingkungan sekolah perlu menetapkan sikap disiplin terhadap siswa, agar tercipta proses belajar mengajar yang baik.
Contoh beberapa bentuk tata tertib dikelas dan disekolah :
a.       Pelajaran akan dimulai setiap jam 07.30 setiap harinya kecuali Senin (Upacara bendera
b.      Siswa harus berada didalam kelas paling lambat 10 menit sebelum jam pelajaran dimulai
c.       Siswa tidak diperkenankan keluar masuk ruang kelas tanpa seizing dari guru yang sedang mengajar.
d.      Seluruh siswa diwajibkan untuk berpakaian rapid an sesua dengan ketentuan baik sekolah maupun diluar sekolah.
e.       Siswa harus menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan dilarang membuang sampah sembarangan. dll
Maka bentuk-bentuk disiplin tersebut harus dterapkan dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan. Dengan adanya disiplin maka prestasi belajar siswa akan tercapai secara maksimal. Semakin tinggi disiplin yang diterapkan di sekolah, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

FAKTOR-FAKTOR yang MEMPENGARUHI BELAJAR

RESUME 9
MANAJEMEN KELAS DI SD
Tentang
FAKTOR-FAKTOR yang MEMPENGARUHI BELAJAR




OLEH :
Lina Delviza
1620228




DOSEN PENGAMPU : YESSI RIFMASARI M.Pd





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ADZKIA PADANG
2019/2020





A.    Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu :
1.      Faktor Interen adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi:

a.       Faktor jasmani
Proses seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu selain itu juga ia akan cepat lelah kurang bersemangat dan lain-lain, demikian juga apabila ia cacat tubuh.
b.      Faktor psikologis
1)      Intelegensi
Dalam situasi yang sama, siswa mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajar. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar jika kondisi yang diciptakan mendukung terjadi pembelajaran yang efektif dan efisien.

2)      Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik. Siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Untuk tumbuh perhatian maka bahan pelajaran itu harus baik.

3)      Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya minat anak dapat ditumbuhkan dengan berbagai macam cara yaitu dengan memvariasikan media pembelajaran. Mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan dan  lain-lain

4)      Bakat
Jika bahan pelajaran yang dipelajari oleh siswa berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil pelajaran nya pun akan baik, lain terhadap anak yang kurang berbakat, guru harus bersabar dan telaten melayani mereka yaitu dengan sering mengulangi/menjelaskan bahan, akhirnya siswa/I itu diharapkan akan dengan menguasai bahan yang diajarkan

5)      Motif
Proses belajar mengajar harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa maka dengan guru dapat mengajak para siswa untuk berfikir dan memusatkan perhatian terhadap pembelajaran dan merencanakan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar

6)      Kematangan
Kematangan adalah fase pertumbuhan sekarang. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus agar kematangan itu dapat dikembangkan pada diri siswa maka perlu di ciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan cara memberikan latihan ynag terus menerus dan konsisten, pemberian tugs yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke kompleks

c.       Faktor Kelelahan 
Kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu guru harus memberikan pengertian kepada siswa agar menghindari terjadinya kelelahan dalam belajar dengan cara para siswa diberi penjelasan agar mereka mengusahakan tidur dan istirahat yang cukup dan teratur, mengusahakan variasi dalam belajar. Oleh raga yang cukup

2.      Faktor Eksternal
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu,

a.       Faktor Keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:

1)      Cara orang tua mendidik sikap dan perhatian orang tua
2)      Berhubungan antar keluarga
3)      Suasana rumah
4)      Keadaan ekonomi
5)      Latar belakang kebudayaan orang tua

b.      Faktor sekolah
Yang mempengaruhi, belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dengan metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, peralatan, waktu sekolah, metode pembelajaran, tugas sekolah.

c.       Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor ini banyak kaitan dengan:

1)      Kegiatan siswa dalam masyarakat
2)      Media yang beredar dalam masyarakat
3)      Pengaruh teman bergaul
4)      Pola hidup masyarakat

B.     Mengatur kondisi kelas dan iklim belajar siswa

1.      Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran
Guru sebagai seorang pengajar/pendidik harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan para peserta didik. Melalui teknik motivasi yang akurat, guru dapat memberikan kontribusi iklim kelas yang sehat, kondisi dan lingkungan hendaknya menjadi perhatian dan kepedulian guru agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dalam menunjang terciptanya pembelajaran sebagai berikut :

a.       Ruang tempat berlangsungnya pembelajaran
Ruang tempat belajar harus memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa tidak berdesak-desakan sehingga tidak saling menggangu satu sama lainnya pada saat terjadi aktivitas pembelajaran.
Besarnya ruang kelas sangat tergantung pada berbagai hal antara lain.

1)      Jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klasikal dalam kelas atau bekerja dengan praktikum)
2)      Jumlah siswa yang melakukan kegiatan

Jika ruangan yang dipakai teratur mempergunakan hiasan, pakailah hiasan yang mempunyai nilai pendidikan dapat secara langsung memberi daya terapi bagi anak-anak pelanggar disiplin

b.      Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka dengan posisi it, guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku para peserta didiknya pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses pembelajaran. Beberapa kemungkinan dalam pengaturan tempat duduk seperti dibawah ini.

c.       Pola deret atau berbaris, berjajar
Pengaturan seperti ini adalah pengaturan yang sangat populer pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi pendeknya siswa pada situasi tertentu misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak atau pendengaran yang agak kurang atau banyak berbuat gaduh maka orang yang seperti ini didudukkan di deretan depan, tanpa menghiraukan tinggi rendahnya siswa

d.      Pola susunan kelompok
Cara ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah antara satu dengan yang lainnya dan dapat berpindah dari satu kelompok lain secara bebas. Pola ini memudahkan siswa untuk bekerja sama dan saling menolong satu sama lain.

e.       Pola formasi tepal kuda
Pola ini menempatkan posisi guru berada ditentang-tengah para siswa. Pola ini di pakai jika banyak memerlukan diskusi antar siswa atau dengan guru. Pengaturan seperti ini memberi kemudahan kepada para siswa untuk saling berkomunikasi dan berkonsultasi.

f.       Pola lingkaran atau persegi
Pola pengaturan seperti ini baik juga untuk mengajar yang disajikan dengan metode diskusi. Otoritas guru sama sekali tidak berpusat dan kepemimpinan formal tidak berperan sama sekali

g.      Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendatipun guru sulit mengaturnya tapi sudah tersedia ) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman, oleh karena itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.

h.      Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat di simpan di ruang kelas seperti buku belajar, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan lain sebagainya.


C.    Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Kelas

1.      Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi :

a.       Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara demokratis, laisez faire atau demokratis.Kesemuanya itu memberikan dampak kepada peserta didik.Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang melakat pada guru ketika berada dalam kelas. Gaya apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas. Apakah gaya otoriter segala sesuatunya diatur dan diarahkan oleh sendiri dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat didalamnya, atau gaya demokrasi dimana terjadi proses timbal balik antara guru dan murid sesuai dengan peranannya masing-masing.

b.       Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya. Terimalah siswa dengan hangat sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya. sikap yang diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di luar kelas yang akan mempengaruhi mood anak, apakah anak merasa tertarik dengan sikap guru atau malah tidak tertarik. Sikap yang baik sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang memberikan bimbingan tentunya adalah hal yang paling baik diperlihatkan

c.       Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa.

d.      Pembinaan hubungan baik (raport)
Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting.Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya. Pembinaan hubungan baik, hubungan antara guru dengan murid harus dibangun berdasarkan fungsi masing-masing dalam konteks belajar mengajar dikelas, akan tetapi apabila memungkinkan dapat juga dibangun sifat-sifat kekeluargaan dan keakraban yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan aman berhubungan seperti dengan ibu dan bapaknya dirumah.

2.      Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu.

Kegiatan rutinitas tersebut anatar lain:

a.       Pergantian pelajaran, ketika terjadi penggantian dalam pelajaran harus disikapi oleh guru karena dalam proses ini ada jeda (kekosongan) yang memungkinkan terjadinya interaksi yang tidak diharapkan dari siswa dengan siswa lainnya. Perlu disikapi dengan arif bahwa ketika mengahiri pelajaran guru tidak terlalu cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba dan apabila belum maka masa jeda itu terlalu lama.

b.      Guru berhalangan hadir, guru yang berhalangan hadir akan menyebabkan terjadinya kekosongan dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari siswa seperti berlarian kesanaha kemari menggangu kelas lain, dan menimbulkan kerusakan pada fasilitaskelas, maka guru piket harus paham apa yang terjadi dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut.

c.       Masalah antar siswa, masalah antar siswa biasanya terjadi karena kondisi emosional yang tidak terkendali dan tidak terorganisasikan oleh guru. Guru harus memahami karakteristik dan potensi guru sehingga dapat dipahami keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya konflik diantaranya.

d.      Upacara bendera, pada saat upacara bendera siswa harus diorganisasikan berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka dapat tertib mengikuti kegiatan upacara bendera.

e.       Kegiatan lain ; kesehatan dan kehadiran siswa, penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa, peraturan sekolah yang baru, kegiatan rekreasi dan social.



DAFTAR RUJUKAN

Asep Suryana, (2005), MakalahTECHNOLOGIES FOR RESTRUCTURED
CLASSROOMS, disampaikan dalam lokakarya .Universitas Negeri Yogya.
Asep suryana. 2006. Bahan belajar mandiri Manajemen kelas. Universitas Pendidikan Indonesia
M. Entang, T raka Joni an Prayitno, (1985),Pengelolaan Kelas, Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud